Selasa, 28 Februari 2012

Mengetahui Lebih dalam Tentang Peliputan

        Sebagian dari kita pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah wartawan. Selama ini kita tahu bahwa berita yang dapat kita simak di televisi, bahkan didengar di radio merupakan hasil liputan dari seorang wartawan. Sebenarnya, jadi wartawan itu tidak begitu sulit. Kita hanya membutuhkan semangat dan beberapa ilmu-ilmu dasar mengenai peliputan. Sebagai langkah awal menjadi seorang wartawan kita harus mengetahui seluk beluk mengenai peliputan, dengan cara mencari tahu bahkan mewawancarai seorang wartawan. Di blog ini saya akan merangkum isi dari wawancara saya dengan seorang wartawan di Radio Guntur, Singaraja. Berikut adalah wawancara saya mengenai  seluk beluk peliputan.
 
 
1.      Definisi Peliputan.
Pada dasarnya peliputan terdiri dari kata liput yang berarti melihat dan merangkum. Sama seperti membuat jurnal, jadi apa yang kita lihat dan dapat dirangkum menjadi sebuah catatan. Dari segi wartawan peliputan berarti melihat sebuah peristiwa kemudian dituangkan kedalam bentuk tulisan menjadi sebuah informasi atau berita.

2.      Dasar-dasar peliputan.
Dasar-dasar peliputan dimulai dengan rapat redaksi, bisa secara formal atau informal (kantor ataupun warung). Pada rapat ini biasanya membahas semua tentang perencanaan sebagai dasar awal untuk melaksanakan peliputan. Rapat redaksi biasanya diikuti oleh manager, redaktur, editor, dan reporter atau wartawan. Tujuan adanya rapat redaksi adalah untuk mengembangkan sebuah berita yang telah dimuat dan yang bertugas sudah pasti adalah seorang wartawan. Tugas wartawan adalah mencari lebih jauh persoalan yang terjadi dalam sebuah berita.
Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang tidak terencana, misalnya kasus kebakaran, pembunuhan, atau tabrakan. Hal ini tentu tidak ada dalam rapat redaksi, inilah kewajiban wartawan yang melihat pertama kali atau mengetahui pertama kali untuk melakukan peliputan secara langsung.
 
3.      Konsep Peliputan.
Radio Guntur sejak tahun 1999 mempunyai  program pemberitaan yang didirikan oleh UNESCO, sehingga konsep yang dimiliki radio Guntur dalam berita itu adalah akurat, seimbang dan tidak memihak. Dari konsep itu radio Guntur mengimplementasikan bagaimana konsep berita seperti akurat, seimbang dan tidak memihak.  Disisi lain pemberitaan dalam radio Guntur juga mengacu pada kode etik jurnalistik yang berlaku secara Nasional dan mengatur tentang larangan-larangan, arahan dan bimbingan.

4.      Perbedaan pemberitaan pada media radio, online, surat kabar dan elektronik.
Dari keempat media tersebut, media yang paling unggul adalah media radio, karena disaat ada sebuah peristiwa misalnya kebakaran, kalau surat kabar kita baru bisa tahu kejadian tersebut besok pagi. Media elektronik, beberapa jam kemudian baru dapat menayangkan sebuah berita kebakaran tersebut sama halnya media online.  Sedangkan radio, ketika ada peristiwa kebakaran bisa langsung kita ketahui dengan cara melaporkan peristiwa langsung di TKP. Media radio juga bisa membawa pengaruh dan pikiran seseorang tersebut seolah-olah berada di tempat kejadian.

5.      Unsur layak atau tidak layak peliputan.
Sebuah berita dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi syarat yakni 5W + 1 H, keberimbangan (seimbang) dan tidak memihak, adanya  pendukung-pendukung yang baik misalnya dalam radio : atur suara yang baik tidak berisik; kalau di koran foto; dan kalau di tv mungkin video yang ditampilkannya, yang baik dan  layak untuk disiarkan.

6.      Strategi peliputan.
  • Perencanaan (investigasi [perencanaan yang matang mengenai apa, siapa, dan bagaimana yang terdapat pada sebuah kasus/berita], pengembangan berita ( bertanya-tanya kepada narasumber).
  • Peristiwa yang tidak terencana  (menemukan suatu kejadian, namun sesuai prosedur yang sudah ditetapkan).
  •  Membangun sebuah jaringan atau akses yang bertujuan untuk mendapatkan informasi. Jaringan ini biasanya dibangun dari teman-teman sendiri (wartawan), pejabat, aparat kepolisian, preman, bahkan mahasiswa.
  • Menguasai data yang didapat ( akurat ).
  • Fakta yang terjadi dilapangan. Strategi ini tidak dapat dipisahkan karena sudah satu kesatuan.
7.      Hambatan dan kendala dalam meliput.
Sebenarnya kalau hambatan dan kendala tidak terlalu ada bagi bapak Suartha. Biasanya yang menjadi hambatan di lapangan adalah tidak bertemu dengan narasumber, menunggu datangnya narasumber yang akhirnya membatalkan janji begitu saja, dan orang-orang yang tidak mengerti mengenai profesi wartawan yang mengakibatkan adanya ancaman-ancaman terhadap wartawan yang bersangkutan
.
8.      Proses menghimpun berita
  • Perencanaan (melalui sebuah rapat redaksi yang bisa menentukan berapa jumlah berita yang akan disiarkan ditambah peristiwa-peristiwa yang tidak terencana)
  • Proses peliputan oleh wartawan (menghimpun data, mencari narasumber, melakukan wawancara, dan kegiatan jurnalistik lainnya)
  • Setelah selesai meliput sebuah peristiwa, wartawan kembali ke kantor  atau studio lalu memproses berita yang didapatnya. Memproses berita dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : (1).Mengedit berita (menonjolkan hasil wawancara), (2).Narasi ( data-data yang didapat kemudian dituangkan ), (3). Editor. Setelah selesai merangkum berita selanjutnya ada editor yang bertugas mengedit (baik dari segi bahasa ataupun tulisan), (4). Proses Perekaman. Setelah dari editor baru kemudian berita yang dirangkum masuk ke proses perekaman. Pada proses ini, seorang pembaca berita akan membacakan dan (5). setelah selesai ada petugas piket yang menyelesaikan bagian-bagian berita tersebut digabung menjadi satu dan beritapun siap disiarkan dan didengar oleh khalayak.
9.      Pengalaman yang berkesan.
  • Kejadian pada saat ibu Megawati tidak terpilih menjadi presiden. Pada saat jam 3 sore, sebuah posko PDIP dekat Fujifilm dirusak dan dibakar oleh pendukungnya sendiri karena merasa kecewa Megawati tidak terpilih menjadi presiden. Semua pohon ditebang, gudang coca-cola dijarah. Semua botol-botol dikeluarkan dan dipecahkan. Semua orang tidak bisa lewat, tidak terkecuali bapak Suartha. Beliau harus berjalan dari setra menuju kantor radio Guntur. Motor beliau sembunyikan dengan cara menutupinya menggunakan daun. Kerusuhan itu terjadi selama 3 hari pada tahun 1999.
  • Liputan kemanusiaan. Melihat anak-anak kecil, seperti kasus di pancasari dimana seorang anak meninggal dan membuat ibunya menangis histeris. Hal ini tentu membuat perasaan pak suartha ikut terhayut dalam peristiwa tersebut.

Narasumber : Made Suartha alias Blotong bertugas sebagai wartawan di radio Guntur